Monday, January 27, 2014

HAL IKHWAL MELIHAT JIN

 Oleh ustadz Muhammad Faizar

SIAPA SAJA YANG BISA MELIHAT JIN ? 

Dalam surat al-A’raaf ayat 27 juz 8 Allah telah mengabarkan bahwasannya bangsa jin telah diberi jatah untuk menempati suatu tempat yang mana mereka bisa melihat manusia tapi manusia tidak bisa melihat mereka.

Namun Allah menjadikan beberapa makhluk-NYA bisa melihat bangsa jin dalam dua keadaan :

1.Yang pertama adalah keadaan dimana mereka sedang “malih rupa” atau “tasyakkul” (menjelma) :
di saat itulah mereka bisa dilihat oleh siapa pun, entah itu orang yang shaleh atau durhaka, muslim atau kafir, orang yg baik maupun orang yang jahat, semuanya bisa melihatnya.
Karena di saat itulah jin sudah memasuki dimensi alam manusia dan merubah dirinya menjadi elemen padat yang menjadikannya bisa tertangkap oleh panca indra setiap orang yang melihatnya.

Contoh : Mereka biasa menjelma menjadi anjing hitam, kucing hitam, keledai, ular, tikus, bahkan manusia.

Hal ini sebagaimana yang dikisahkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Abi Saib pelayan Hisyam bin Zahrah bahwasannya ia berkata :
“Pernah aku memasuki rumah Abu Sa’id al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu dan aku menemuinya sedang melaksanakan shalat, aku pun duduk menunggunya hingga ia menyelesaikan shalatnya.
Aku mendengar ada suara benda bergerak di bawah tempat tidurnya dan ternyata itu adalah ULAR !!! aku pun beranjak untuk membunuhnya, maka Abu Sa’id al-Khudriy mengisyaratkanku untuk duduk kembali, ketika aku telah duduk beliau menunjuk ke sebuah rumah seraya berkata :
“Apakah kamu melihat rumah itu ?”

Aku menjawab : “Iya”, beliau berkata kembali : “Dulu di rumah itu ada seorang pemuda yang baru saja melaksanakan pernikahan, ia pergi bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ke Khandaq, saat ia bersama beliau, pemuda itu datang dan meminta izin kepada Rasulullah : “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk menemui istriku sebentar.”

Maka Rasulullah pun mengizinkannya dan beliau bersabda : “Ambillah senjatamu, aku mengkhawatirkanmu atas bani Quraidzah..”

Pemuda itu berangkat menuju keluarganya, tiba-tiba ia menemukan istrinya sedang berdiri di antara kedua pintu, ia pun mengarahkan tombak pada istrinya karena cemburu.

Istrinya berkata : “Jangan terburu-buru untuk marah kepadaku, masuklah ke rumah dan lihat lah apa yang ada di dalam rumahmu…”

Ia pun masuk ke dalam rumah dan ternyata di dalamnya terdapat ular besar yang melingkar di atas kasurnya, lalu ia menikam ular tersbut dengan tombak, maka ia menusuknya hingga tembus dengannya, kemudian ia keluar, lalu menancapkannya di dalam daar (perkampungan, rumah)...  lalu ular itu melilitnya.. maka tidak diketahui, siapakah yang lebih dulu mati, ular atau anak muda itu....??!!
Maka hal itu pun dilaporkan kepada Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam, beliau pun bersabda :

إن بالمدينة جنا قد أسلموا فإذا رأيتم منهم شيئا فآذنوه ثلاثة أيام فإن بدا لكم بعد ذلك فاقتلوه فإنما هو شيطان

“Sesungguhnya di Madinah ini terdapat jin yang sudah masuk islam, apabila kalian melihatnya maka berilah mereka izin selama tiga hari, apabila tetap terlihat lebih dari itu maka bunuhlah karena itu adalah setan !”



2.Yang kedua adalah keadaan mereka dalam bentuk ghaib-nya, yaitu secara kasat mata.
Karena jin itu seperti angin walau asal penciptaannya adalah api, sebagaimana manusia yang berbentuk dari himpunan tulang, otot, daging, kulit, walau asal penciptaannya dari tanah…
Saat jin masih dalam keadaannya yang asli (kasat mata) mereka tidak dapat dilihat oleh siapa pun kecuali golongan-golongan berikut :

-Para Nabi dan Rasul
Sebagian dari mereka ‘alaihimussholatu was-salaam Allah berikan kemampuan untuk melihat bangsa jin, dan itu pun tidak semuanya diberi kemampuan seperti itu sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat al-Jinn ayat 26-27 :

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا  إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ 

"Dia adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui hal ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang hal ghaib itu, kecuali kepada para rasul yang diridhai-Nya"

-as-Saharah (Tukang Sihir),
Para tukang sihir dapat melihat jin yang diajak kerjasama dengannya secara ghaib dan kasat mata, mereka bisa berbicara dengan para jin, dan mereka pun dapat memantau pekerjaan para jin suruhannya di dalam tubuh si korban, namun hakikatnya mereka tidak melihat dengan mata yang hakiki melainkan dengan pertolongan dari jin lain untuk dapat melihatnya.
Kasus penglihatan tukang sihir ini lah yang banyak terjadi di masyarakat Indonesia khususnya, entah  karena mereka sengaja mempelajari sihir atau pun karena mereka terkena imbas dari faktor keturunan dari salah satu leluhur yang dulu pernah mempelajari ilmu sihir.

Inilah yang disebut dengan “Mukasyafah Syaithaniyyah” atau yang sering orang bilang dengan indra ke-enam.

Hal ini pernah terjadi pula di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kisah Ibnu Shayyad, yaitu orang yang dapat melihat singgasana Iblis laknatullahi ‘alaih yang berada di atas laut, berikut kisahnya :

لما قال النبي صلى الله عليه وسلم لابن صياد ما ترى قال أرى عرشا على الماء. فقال له النبي صلى الله عليه وسلم: " أخسأ فلن تعدو قدرك " فعرف أن مادة مكاشفته التي كاشفه بها شيطانية مستمدة من إبليس الذي هو يشاهد عرشه على البحر 

Ketika nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada Ibnu Shayyad "Apa yg kamu lihat ?" Ibnu Shayyad menjawab "aku melihat singgasana yang berada di atas air, maka Nabi pun bersabda : "Celakalah !!! kamu tidak akan beruntung dgn kemampuanmu.." maka ia pun tau bahwa sumber indra ke enam yang disingkapkan dengannya adalah bersumber dari Iblis yang telah memperlihatkan singgasananya di atas laut"

Perbedaan antara penglihatan para Nabi dan tukang sihir, bahwa para Nabi dan Rasul melihat bangsa jin dengan penglihatan asli mereka, sedangkan para tukang sihir melihatnya dengan bantuan dan tipuan bangsa jin, sehingga pada dasarnya yang diperbudak adalah tukang sihirnya, bukan bangsa jinnya.
Jadi jika ada “KIKUN” yang berhujah bahwasannya ia bisa melihat jin karena nabi Sulaiman juga bisa melihat jin dan bekerjasama dengan mereka, maka hujahnya sangat tidak tepat dan malah terjerumus dalam pengklaiman kenabian terhadap dirinya sendiri, karena yang ada pada nabi Sulaiman itu adalah suatu MUKJIZAT yang tidak bisa diajar-ajarkan ke orang lain dan mukjizat beliau adalah mukjizat khusus yang tidak akan pernah diberikan oleh orang-orang setelahnya.
Apalagi orang yang mengaku dan mempraktekkan kelihaiannya dalam melukis jin di atas kanvas, maka itu jelas tipuan dari bangsa jin dan itu bukan wujud asli bangsa jin yang ia lukis.

-Korban Sihir
Tidak semua korban sihir dapat melihat bangsa jin, korban sihir yang sering dilihati jin adalah korban sihir yang telah memakan media sihir yang dicampur dengan makanan dalam jangka waktu yang cukup lama, para korban dapat melihat jin secara  kasat mata ketika mereka dalam keadaan lalai, frustasi, putus asa dari rahmat Allah, dan berbagai macam perasaan yang menimbulkan pengaruh buruk di hati, semakin lama sihirnya maka wujud jin yang ia lihat akan semakin jelas. Wallahu a’lam

-Yang terakhir adalah Keledai,
Sebagaimana yg disebutkan di dalam hadits :

إذا سمعتم نهيق الحمار فتعوذوا بالله من الشيطان فإنها رأت شيطانا

“Apabila kalian mendengar suara ringkikan keledai maka mintalah perlindungan kepada Allah, karena sesungguhnya ia telah melihat setan”
(HR.Bukhari no 3127)


PENAMPAKKAN HANTU MENURUT PANDANGAN ISLAM

La 'adwa wa laa shofar wa laa HAAMAH (hantu)...

لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ

Tidak ada penyakit yg menular, tidak ada Shafar (kematian dikarenakan penyakit cacing perut) yg terjadi dgn sendirinya,, dan tidak ada HANTU...

(HR.Muslim no.4116)

yg dimaksud "HAAMAH" utawa hantu dlm hadits tsb adalah roh orang mati yg gentayangan sebagaimana kepercayaan arab jahiliyyah dulu, dan bukan dimaksudkan untuk menafikan adanya bangsa jin... karena kebanyakan dari mitos yg menyatakan asal usul hantu dengan berbagai nama ini berasal dari amalan jahiliyyah dan animisme mereka dulu.

Lalu bagaimana menurut islam tentang PENAMPAKKAN HANTU yang sering tersebar beritanya..???

Berkata al-Qadhi abu Ya'la bin Hussein bin Farra':

و لا قدرة للشياطين علي تغيير خلقهم و الانتقال في الصور و إنما يجوز أن يعلمهم الله تعالي كلمات و ضروبا من ضروب الأفعال إذا فعله و تكلم به نقله الله تعالي من صورة إلي صورة...فيقال: إنه قادر علي التصوير و التخييل علي معني أنه قادر علي قول إذا قاله و فعله نقله الله عن صورته الي صورة أخري بجري العادة ، و أما أنه يصور نفسه فذلك محال، لأن انتقالها عن صورة إلي صورة إنما يكون بنقض البينةو تفريق الأجزاء و إذا انتقضت بطل الحياة...

Setan-setan TIDAK MEMPUNYAI KEMAMPUAN untuk mengubah wujud mereka, dan meniru bentuk lain... Tetapi mereka hanya diajarkan Allah Ta'ala beberapa kalimat dan jurus.. Jika mereka mengamalkan dan mengucapkan kalimat tsb, Allah akan mengubah wujudnya ke bentuk yang lain.. Bisa dikatakan bahwa kemampuan setan untuk merubah wujud terjadi jika ia mengucapkan kalimat-kalimat atau mengamalkan jurus-jurus tsb, maka Allah akan merubah mereka menyerupai bentuk makhluk lain sbagaimana yang sering terjadi !!

Sedangkan jka mereka sendiri yg ingin mengubah wujudnya, maka hal itu merupakan sesuatu yg MUSTAHIL !!! Karena proses perubahan wujud dari satu bentuk ke bentuk yg lain bisa terjadi setelah ia MENGHANCURKAN DIRINYA dan MENCERAI BERAIKAN ANGGOTA TUBUHNYA, dan jika wujudnya hancur maka ia akan MATI...

Pendapat beliau dikuatkan pula oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah:


إن الغيلان ذكرواعند عمر ابن الخطاب فقال: إن أحدا لا يستطيع أن يتحول عن صورته التي خلقه الله عليها ولكن منهم سحرة كسحرتكم. فإذا رأيتم ذلك فأذنوا...

Sungguh ada sesosok HANTU yang muncul di hadapan Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, maka beliau berkata: "Sesungguhnya TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MENGUBAH DIRINYA DARI BENTUK ASLINYA, TAPI MEREKA (bangsa jin) MEMILIKI TUKANG SIHIR SEBAGAIMANA TUKANG SIHIR KALIAN (manusia), jika kalian melihat mereka, hendaklah kalian mengumandangkan ADZAN.."

(Fathul baari jilid 6 hal.344)

Imam Nawawi berkata: "TIDAK ADA HANTU, ADANYA ADALAH "AS-SU'ALAA"

As-Su'alaa adalah golongan PENYIHIR dari bangsa JIN...

Semoga tulisan yang sedikit ini bisa menjawab pertanyaan pertanyaan yang selama ini ditanyakan oleh masyarakat

Sunday, January 26, 2014

PAWANG HUJAN 'ALA ROSULULLOH

Islam adalah agama yang syamil wal mutakamil, sempurna dan menyeluruh, permasalahan apapun ada dalam Dien ini.
Ini adalah cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memindahkan hujan :


أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ بَابٍ كَانَ وِجَاهَ الْمِنْبَرِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْمَوَاشِي وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا. قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ فَقَالَ: اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا.
قَالَ أَنَسُ وَلَا وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلَا قَزَعَةً وَلَا شَيْئًا وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلَا دَارٍ. قَالَ: فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ. قَالَ: وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سِتًّا.


Dari Syarik bin Abdillah bin Abi Namir bahwa dia mendengar Anas bin Malik menceritakan:


“Ada seorang laki-laki masuk ke dalam masjid pada hari Jumat dari pintu yang berhadapan dengan mimbar, sedangkan saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berdiri menyampaikan khutbah. Orang itu kemudian menghadap ke arah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, hewan ternak telah binasa dan jalan-jalan terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami!” Anas berkata, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “ALLAHUMMASQINA, ALLAHUMMASQINA, ALLAHUMMASQINA (Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan).”


Anas melanjutkan kisahnya, “Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan baik yang tebal maupun yang tipis. Juga tidak ada antara tempat kami dan bukit itu rumah atau bangunan satupun.” Anas berkata, “Tiba-tiba dari bukit itu tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan itupun menyebar dan hujan pun turun.” Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari.”


ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا.


Anas berkata selanjutnya, “Kemudian pada Jumat berikutnya, ada seorang lelaki lagi yang masuk dari pintu yang sama sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berdiri menyampaikan khutbahnya. Kemudian orang itu menghadap beliau sambil berdiri seraya berkata, “Wahai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalanpun terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menahan hujan!”


قَالَ: فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالْآجَامِ وَالظِّرَابِ وَالْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ. قَالَ: فَانْقَطَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِي فِي الشَّمْسِ


Anas berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lantas mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja dan jangan membahayakan kami. Ya Allah turunkanlah dia di atas bukit-bukit, gunung-gunung, bendungan air (danau), dataran tinggi, jurang-jurang yang dalam serta pada tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.” Anas berkata, “Maka hujan berhenti. Kami lalu keluar berjalan-jalan di bawah sinar matahari.”

(HR. Al-Bukhari no. 1013 dan Muslim no. 897). 
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
SALAM CINTA
Tegakkan Tuhid Tinggalkan syirik
Muhammad Zunaidi